Dorothy Crowfoot Hodgkin 1910-1994
Pemenang Nobel Kimia pada Tahun 1963
Ibu beranak tiga ini, bukanlah seorang ibu biasa. Ia adalah wanita
ketiga pemenang Nobel Kimia di tahun 1963 setelah Madam Curie dan
anaknya Irene Juliot Curie, dan ia juga adalah wanita kedua yang
menerima penghargaan Order of Merit dari Ratu Elizabeth II setelah
Florence Nightingale.
Dorothy kecil sangatlah beruntung
dilahirkan di tengah-tengah lingkungan elit akademis Inggris di
perantauan. Ia lahir di Kairo, Mesir, yang pada waktu itu adalah jajahan
Inggris, pada saat ayahnya bertugas di sana dan bekerja untuk Egyptian
Education Service. Ibunya juga adalah seorang botanis dan ahli tekstil
yang menghabiskan waktu luangnya untuk membuat ilustrasi tumbuhan.
Pada saat ayahnya bertugas di Sudan, Dr. A.F Joseph, seorang kawan dari
orang tuanya memberinya bahan-bahan kimia untuk menganalisis ilmenite.
Dan waktu itu Dorothy hanya berusia 10 tahun! Tidak jelas apakah pada
saat itu Dorothy hanya iseng-iseng atau bukan, tapi dari sejak tahun
1800-an, memang, kimia, arkeologi, dan geologi adalah mainan baru
orang-orang berduit.
Setelah tamat dari Somerville College,
Oxford, Dorothy bekerja di laboratorium X-ray kristalografi di Cambridge
University dan bersama J.D Bernal ia mengaplikasikan difraksi sinar X
pada kristal protein, pepsin. Selain mengumumkan pola difraksi sinar X
dari pepsin, mereka juga mengklaim bahwa untuk mempelajari kristal
protein, kristal tersebut haruslah dipelajari di dalam larutan asalnya
dan bukan dikeringkan seperti umumnya pada saat itu karena kristal
protein kering menghasilkan pola difraksi yang susah ditafsirkan. Metode
ini kemudian menjadi standar dalam mempelajari struktur biomolekul
dengan sinar X.
Pada tahun 1934 Dorothy kembali ke
almamaternya, Oxford University dan tetap bergumul dengan pola-pola
difraksi sinar X untuk menentukan struktur biomolekul. Salah satu sukses
terbesarnya dengan insulin dimulai kira-kira pada saat ini, suatu
perjuangan panjang yang diakhiri dengan kemenangan besar 34 tahun
kemudian.
Di dalam lingkungan universitas ia sempat dilarang
menghadiri pertemuan-pertemuan penelitian yang diselenggarakan oleh klub
pengajar kimia hanya karena ia seorang perempuan. Namun bakat dan
kegigihannya jugalah yang akhirnya memberinya posisi yang kuat di
lingkungan akademis yang masih didominasi kaum pria pada saat itu.
Segera setelah Perang Dunia ke-2 dimulai, para dokter mulai kehabisan
penicillin, antibiotik yang pada saat itu hanya bisa diperoleh dengan
cara tradisional: bertanam jamur. Dengan bersenjatakan sinar-X, Dorothy
berhasil menentukan struktur penicillin yang memungkinkan antibiotika
ini diproduksi secara sintesis dengan skala besar. Ia menggunakan metode
kristal isomorf, yaitu kristal yang salah satu atomnya diganti dengan
atom yang lebih berat. Atom berat ini akan menghamburkan sinar-X yang
datang lebih kuat daripada atom molekul protein itu sendiri. Dengan
mendifraksikan sinar-X pada beberapa kristal isomorf yang posisi
penggantian atom beratnya berbeda-beda, informasi dari beberapa gambar
difraksi sinar-X yang terkumpul dapat disatukan untuk menentukan
struktur molekul yang sebenarnya.
Pada tahun 1937 Dorothy
menikah dengan Dr. Thomas Hodgkin, lagi-lagi seorang elit akademis,
keponakan dari A.L Hodgkin, pemenang hadiah nobel untuk bidang
kedokteran. Dorothy dan Thomas dianugerahi 3 orang anak, 2 putra dan
seorang putri. Di samping kesibukannya mengajar, meneliti dan mendidik
anak-anaknya, ia bahkan masih sempat untuk berpartisipasi dalam
organisasi-organisasi kemanusiaan untuk perdamaian dunia. Ia mewarisi
idealisme ibunya yang kehilangan 4 saudara laki-laki dalam perang.
Semua rekan kerjanya selalu menggunakan kata-kata tulus, sederhana
penuh kasih, dan perhatian bila ditanya tentang dirinya. Rumahnya selalu
terbuka untuk teman-teman dan pelajar-pelajar didiknya, yang membuatnya
menjadi ibu tidak hanya untuk anak-anaknya sendiri tapi juga para
mahasiswa-mahasiswa yang terpesona oleh ketajaman otaknya dan kelembutan
hatinya. Salah satu anak didiknya adalah Margaret Thatcher,
satu-satunya perdana menteri Inggris yang mempunyai gelar di bidang
sains.
Begitu sederhana dan tulusnya jalan pikiran Dorothy, ia
sempat tidak mendapat visa untuk masuk ke Amerika Serikat. Ini
disebabkan oleh kegigihan sikapnya untuk mengikutsertakan
ilmuwan-ilmuwan dari balik tirai besi: Uni Soviet, untuk turut
berpartisipasi dalam konferensi-konferensi kristalografi. Hanya setelah
dunia semakin mengakui hasil kerjanya dan Uni Soviet bubar pada tahun
1990, ia baru bisa memperoleh visa Amerika.
Dorothy Crowfoot
Hodgkin, seolah tampak begitu sempurna. Ibu yang berhasil, ilmuwan yang
brilian dan aktivis kemanusian yang vokal. Namun sesungguhnya semuanya
itu ia jalani sambil berperang dengan penyakit rheumatoid arthritis yang
melekat pada dirinya seumur hidup sejak didiagnosa pada usia 24 tahun.
Walaupun masa tuanya dilalui dengan kaki dan tangan yang lumpuh, hal ini
sama sekali tidak menghalangi aktivitasnya untuk terbang ke sana ke
mari menghadiri simposium-simposium internasional.
Setelah
menjalani hidup yang begitu sibuk dan menentukan struktur molekul
penicillin, insulin, vitamin B-12 dan banyak protein lainnya, aktivitas
Dorothy dihentikan total oleh sebuah serangan stroke pada tahun 1994.
Pemenang Nobel Kimia pada Tahun 1963
Ibu beranak tiga ini, bukanlah seorang ibu biasa. Ia adalah wanita ketiga pemenang Nobel Kimia di tahun 1963 setelah Madam Curie dan anaknya Irene Juliot Curie, dan ia juga adalah wanita kedua yang menerima penghargaan Order of Merit dari Ratu Elizabeth II setelah Florence Nightingale.
Dorothy kecil sangatlah beruntung dilahirkan di tengah-tengah lingkungan elit akademis Inggris di perantauan. Ia lahir di Kairo, Mesir, yang pada waktu itu adalah jajahan Inggris, pada saat ayahnya bertugas di sana dan bekerja untuk Egyptian Education Service. Ibunya juga adalah seorang botanis dan ahli tekstil yang menghabiskan waktu luangnya untuk membuat ilustrasi tumbuhan.
Pada saat ayahnya bertugas di Sudan, Dr. A.F Joseph, seorang kawan dari orang tuanya memberinya bahan-bahan kimia untuk menganalisis ilmenite. Dan waktu itu Dorothy hanya berusia 10 tahun! Tidak jelas apakah pada saat itu Dorothy hanya iseng-iseng atau bukan, tapi dari sejak tahun 1800-an, memang, kimia, arkeologi, dan geologi adalah mainan baru orang-orang berduit.
Setelah tamat dari Somerville College, Oxford, Dorothy bekerja di laboratorium X-ray kristalografi di Cambridge University dan bersama J.D Bernal ia mengaplikasikan difraksi sinar X pada kristal protein, pepsin. Selain mengumumkan pola difraksi sinar X dari pepsin, mereka juga mengklaim bahwa untuk mempelajari kristal protein, kristal tersebut haruslah dipelajari di dalam larutan asalnya dan bukan dikeringkan seperti umumnya pada saat itu karena kristal protein kering menghasilkan pola difraksi yang susah ditafsirkan. Metode ini kemudian menjadi standar dalam mempelajari struktur biomolekul dengan sinar X.
Pada tahun 1934 Dorothy kembali ke almamaternya, Oxford University dan tetap bergumul dengan pola-pola difraksi sinar X untuk menentukan struktur biomolekul. Salah satu sukses terbesarnya dengan insulin dimulai kira-kira pada saat ini, suatu perjuangan panjang yang diakhiri dengan kemenangan besar 34 tahun kemudian.
Di dalam lingkungan universitas ia sempat dilarang menghadiri pertemuan-pertemuan penelitian yang diselenggarakan oleh klub pengajar kimia hanya karena ia seorang perempuan. Namun bakat dan kegigihannya jugalah yang akhirnya memberinya posisi yang kuat di lingkungan akademis yang masih didominasi kaum pria pada saat itu. Segera setelah Perang Dunia ke-2 dimulai, para dokter mulai kehabisan penicillin, antibiotik yang pada saat itu hanya bisa diperoleh dengan cara tradisional: bertanam jamur. Dengan bersenjatakan sinar-X, Dorothy berhasil menentukan struktur penicillin yang memungkinkan antibiotika ini diproduksi secara sintesis dengan skala besar. Ia menggunakan metode kristal isomorf, yaitu kristal yang salah satu atomnya diganti dengan atom yang lebih berat. Atom berat ini akan menghamburkan sinar-X yang datang lebih kuat daripada atom molekul protein itu sendiri. Dengan mendifraksikan sinar-X pada beberapa kristal isomorf yang posisi penggantian atom beratnya berbeda-beda, informasi dari beberapa gambar difraksi sinar-X yang terkumpul dapat disatukan untuk menentukan struktur molekul yang sebenarnya.
Pada tahun 1937 Dorothy menikah dengan Dr. Thomas Hodgkin, lagi-lagi seorang elit akademis, keponakan dari A.L Hodgkin, pemenang hadiah nobel untuk bidang kedokteran. Dorothy dan Thomas dianugerahi 3 orang anak, 2 putra dan seorang putri. Di samping kesibukannya mengajar, meneliti dan mendidik anak-anaknya, ia bahkan masih sempat untuk berpartisipasi dalam organisasi-organisasi kemanusiaan untuk perdamaian dunia. Ia mewarisi idealisme ibunya yang kehilangan 4 saudara laki-laki dalam perang.
Semua rekan kerjanya selalu menggunakan kata-kata tulus, sederhana penuh kasih, dan perhatian bila ditanya tentang dirinya. Rumahnya selalu terbuka untuk teman-teman dan pelajar-pelajar didiknya, yang membuatnya menjadi ibu tidak hanya untuk anak-anaknya sendiri tapi juga para mahasiswa-mahasiswa yang terpesona oleh ketajaman otaknya dan kelembutan hatinya. Salah satu anak didiknya adalah Margaret Thatcher, satu-satunya perdana menteri Inggris yang mempunyai gelar di bidang sains.
Begitu sederhana dan tulusnya jalan pikiran Dorothy, ia sempat tidak mendapat visa untuk masuk ke Amerika Serikat. Ini disebabkan oleh kegigihan sikapnya untuk mengikutsertakan ilmuwan-ilmuwan dari balik tirai besi: Uni Soviet, untuk turut berpartisipasi dalam konferensi-konferensi kristalografi. Hanya setelah dunia semakin mengakui hasil kerjanya dan Uni Soviet bubar pada tahun 1990, ia baru bisa memperoleh visa Amerika.
Dorothy Crowfoot Hodgkin, seolah tampak begitu sempurna. Ibu yang berhasil, ilmuwan yang brilian dan aktivis kemanusian yang vokal. Namun sesungguhnya semuanya itu ia jalani sambil berperang dengan penyakit rheumatoid arthritis yang melekat pada dirinya seumur hidup sejak didiagnosa pada usia 24 tahun. Walaupun masa tuanya dilalui dengan kaki dan tangan yang lumpuh, hal ini sama sekali tidak menghalangi aktivitasnya untuk terbang ke sana ke mari menghadiri simposium-simposium internasional.
Setelah menjalani hidup yang begitu sibuk dan menentukan struktur molekul penicillin, insulin, vitamin B-12 dan banyak protein lainnya, aktivitas Dorothy dihentikan total oleh sebuah serangan stroke pada tahun 1994.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar